Short Bio (Personal Lifestyle)
Hai Perkenalkan, Saya Muhammad Iqwan Sanjani alumnus Universitas Ahmad Dahlan tahun 2016. Saya adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Hobi saya berolahraga, main futsal, badminton dan memasak. Saya telah melewati banyak hal selama masa perkuliahan. Banyak kegagalan, pengorbanan dan hal lainya. Saya sangat menghargai kegagalan karena saya tidak akan bisa mencapai beberapa prestasi yang saya capai sekarang jika dulu saya tidak gagal. Boleh dikatakan jika saya adalah produk dari kegagalan yang dulu saya lalui. Saya berharap cerita kecil saya ini dapat membawa manfaat bagi orang banyak. Tidak muluk-muluk bisa memotivasi orang lain tapi paling tidak orang senang membacanya. Terakhir moto hidup yang selama ini saya pegang adalah, Peliharalah Sholat dan orang-orang yang lemah disekitarmu.
Organisasi/UKM :
Prestasi selama perkuliahan
Interview
Q: Di bagian short bio anda menuliskan terkait “anda berasal dari produk gagal”. Bisa diceritakan tentang salah satu kegagalan yang anda alami, hingga membuat anda bangkit dan berjuang seperti saat ini?
A: Pada awal masuk perkuliahaan saya sudah aktif mengikuti beberapa kegiatan seperti komunitas debat. Disitu saya belajar banyak hal, pada awalnya pun saya tidak lancar dalam berbahasa inggris. Sehingga setiap kali ikut seleksi untuk dikirim ke lomba tingkat nasional/internasional saya selalu tidak lolos sampai berkali-kali.
Kemudian ketika sudah berhasil lolos, saya melewati kekalahan demi kekalahan. Perasaan minder jika harus melawan institusi yang lain dan berbagai proses lainnya. Pun demikian dengan mawapres. Saya mengikuti seleksi mawapres sebanyak 2 kali. Pada percobaan pertama saya gagal di level universitas, alhamdulillahnya dipercobaan kedua saya bisa berhasil sampai level nasional.
Selain lomba debat, saya juga aktif mencari infromasi tentang program pertukaran pelajar dari seluruh dunia. Sudah tidak terhitung berapa kali saya mengirimkan berkas tapi selalu gagal. Namun pada akhirnya semua perjuangan berbuah manis saat saya berhasil lolos untuk mengikuti program di National University of Singapore pada tahun 2015. Tidak hanya itu, saya mendapat penghargaan sebagai juara pertama pada case competition di program tersebut.
Q: Apa motivasi terbesar anda hingga mampu mencapai semua prestasi tersebut?
A: dalam melakukan berbagai hal motivasi saya adalah semangat untuk bisa menjadi pribadi yang membawa manfaat bagi orang lain termasuk membahagiakan keluarga saya.
Q: Apa langkah yang anda tempuh hingga meraih berbagai beasiswa?
A: saya selalu proaktif dalam mencari informasi. Tidak hanya dalam beasiswa tapi dalam semua kegiatan dan kompetisi yang pernah saya ikuti adalah hasil dari kemauan saya untuk tahu. Dari sekedar membaca informasi di mading kampus sampai searching di berbagai web. Setelah mendapat informasi tersebut, saya memastikan betul dan mencatat hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan seperti dokumen pesyaratan dll. Setelah itu persiapkan dokumen yang diminta dengan seksama. Biasanya saya persiapkan jauh-jauh hari agar benar-benar matang dan tidak keteteran.
Q: Ada langkah khusus yang bisa dibagikan kepada pembaca ayokuliah terkait cara jitu mendapatkan beasiswa?
A: sebenarnya tidak ada langkah khusus yang saya lakukan, tetapi saya selalu megikuti pedoman try everything! Yaitu coba segalanya. Jika ada kesempatan coba saja untuk daftar, entah bagaimana hasil nya nanti tugas kita hanya berusaha. Mencoba berbagai hal dan ikut kegiatan sana sini menurut saya adalah proses menanam/menebar benih yang hasil nya akan kita peroleh nanti. Kita tidak tahu dimana benih yang kita tebar itu akan berbuah, jadi sebisa mungkin tebarlah seluas-luas nya dan berikan usaha terbaik mu. Inshaalah hasil tidak akan menghianati usaha.
Q: Bagaimana cara anda berhasil lolos menjadi mahasiswa berprestasi di lingkungan kampus bahkan DIKTI?
A: Mawapres menurut saya adalah proses yang sangat panjang. Untuk menjadi mawapres dibutuhkan niat serta usaha yang besar. Perjalanan saya untuk menjadi mawapres telah saya mulai dari semester pertama kuliah karena hal tersebut sangat menentukan. Saya mulai berniat untuk ikut kompetisi mawapres ketika hari pertama saya kuliah melihat banner ucapan selamat yang diberikan kampus kepada senior saya di organisasi yang juga berhasil lolos sebagai mawapres. Semenjak saat itu terbersit niat saya untuk bisa menyamai prestasi tersebut.
Pada awalnya, saya tidak tahu apa mawapres itu, yang saya tahu hanya saya harus do more! Mulai saat itu saya terus berusaha aktif dan mengikuti berbagai lomba. Alhamdulillah di pertegahan masa kuliah, sediktit-demi sedikit usaha saya mulai membuahkan hasil. Kemudian saya mendaftar menjadi mawapres di semester 5. Saya sempat menjadi juara di tingkat fakultas, akan tetapi saya kalah di level universitas.
Kemudian tahun berikutnya saat saya semester 7 saya mendaftar kembali. Alhamdulillah pada percobaan kedua saya berhasil. Saya meraih Juara pertama di Universitas lalu juara 3 di tingkat kopertis. Pada tahap ini saya melalukan pengorbanan yang besar, karena teman-teman satu angkatan sudah banyak yang mengikuti wisuda sedangkan saya masih harus berjibaku mengikuti perlombaan. Kesempatan untuk bisa ikut wisuda pun harus saya relakan.
Dengan posisi saya sebagai juara 3 di tingkat kopertis, saya sudah tidak berani bermimpi lebih untuk bisa lolos tingkat nasional. Karena pada umumnya hanya satu saja perwakilan masing-masing kopertis. Tapi entah bagaimana, seperti sebuah keajaiban bagi saya ketika saya, Asep dari UMY dan Ivan dari USD yang menjadi juara 1,2,3 kopertis DIY berhasil lolos semuanya untuk berjuang bersama di level nasional. Saya tidak pernah mengira hasilnya akan seperti ini. Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari 16 mahasiswa terbaik DIKTI.
Submit your review | |